Thursday, March 29, 2012

UANG KERTAS INDONESIA TAHUN 1946 – 2011

UANG KERTAS INDONESIA

TAHUN 1946 – 2011

(Serta uang kertas jaman Belanda dan Jepang)

-

ori-1-1-sen-

Mata uang pertama yang dimiliki Republik Indonesia setelah merdeka adalah Oeang Republik Indonesia atau ORI. Pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama negara merdeka.

-

Resmi beredar pada 30 Oktober 1946, ORI tampil dalam bentuk uang kertas bernominal satu sen dengan gambar muka keris terhunus dan gambar belakang teks undang undang ORI ditandatangani Menteri Keuangan saat itu A.A. Maramis. Pada hari itu juga dinyatakan bahwa uang Jepang dan uang Javache Bank tidak berlaku lagi. ORI pertama dicetak oleh Percetakan Canisius dengan desain sederhana dengan dua warna dan memakai pengaman serat halus.

-

Presiden Soekarno menjadi tokoh yang paling sering tampil dalam desain uang kertas ORI dan uang kertas Seri ORI II yang terbit di Jogjakarata pada 1 Januari 1947, Seri ORI III di Jogjakarta pada 26 Juli 1947, Seri ORI Baru di Jogjakarta pada 17 Agustus 1949, dan Seri 17 Agustus 1949, dan Seri Republik Indonesia Serikat (RIS) di Jakarta pada 1 Januari 1950.

-

Meski masa peredaran ORI cukup singkat, namun ORI telah diterima di seluruh wilayah Republik Indonesia dan ikut menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajah. Pada Mei 1946, saat suasana di Jakarta genting, maka Pemerintah RI memutuskan untuk melanjutkan pencetakan ORI di daerah pedalaman, seperti di Jogjakarta, Surakarta dan Malang. (Sumber: Wikipedia).

-

Uang kertas ORI (Oeang Republik Indonesia)

-

ori-1a-5-sen1-

-

ori-2a-10-sen1ori-2b-10-sen-

-

ori-3a-25-sen-
ori-3b-25-sen

-

ori-4-setengah-rp1

ori-5a-setengah-rpori-5b-setengah-rp-

-

ori-6-1-rp-

-

ori-7a-5-rpori-7b-5-rp-

-ori-8-10-rp-

-

ori-9a-25-rp1ori-9b-25-rp-

-

ori-10-40-

-

ori-12-75-rp-

-

ori-13a-100-rpori-13b-100-rp-

-

ori-14-100-rpUang ORI Rp.100 dengan tandatangan Maramis

-

-

ori-100-hatta1 Uang ORI Rp.100 dengan tandatangan Hatta-


oria-250orib-250-

ori-15-400-rp1-
ori-16-600-rp1

Uang ORI Rp.600 dengan tandatangan Hatta

-

-

Uang kertas RIS (Republik Indonesia Serikat)

-

1a-rp-5-ris-1950

1brp5-ris-1950-

-

2arp10-ris-19502brp10-ris-1950-

Republik Indonesia Serikat, disingkat RIS, adalah suatu negara federasi yang yang berdiri pada tanggal 27 Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan 3 pihak dalam Konferensi Meja Bundar yaitu Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) (UNCI) sebagai perwakilan PBB.

-

Pemerintahan RIS (kabinet ministerial) dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammad Hatta, sedangkan Presidennya adalah Soekarno. Republik Indonesia Serikat yang beribu kota di Jakarta, terdiri beberapa negara bagian, yaitu:

-

Republik Indonesia.

Negara Indonesia Timur.

Negara Pasundan..

Negara Jawa Timur.

Negara Madura.

Negara Sumatra Timur.

Negara Sumatra Selatan.

-

Di samping itu, ada juga negara-negara yang berdiri sendiri dan tak tergabung dalam federasi, yaitu:

-

Jawa Tengah.

Kalimantan Barat.

Dayak Besar.

Daerah Banjar.

Kalimantan Tenggara.

Kalimantan Timur (tidak temasuk bekas wilayah Kesultanan Pasir).

Bangka.

Belitung.

Riau.

-

Republik Indonesia Serikatdibubarkan pada 17 Agustus 1950, dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan kendali sepenuhnya dari presiden Soekarno (kabinet presidential) beserta wakil presiden Mohammad Hatta. (Sumber: Wikipedia).

-

UANG KERTAS REPUBLIK INDONESIA

-

1951

-
1a-1951-rp-11b-1951-rp-1

-

-

2-1951-rp-2-setengah-

-

UANG KERTAS BANK INDONESIA

-
Sekilas Sejarah Berdirinya Bank Indonesia (BI)
-
Sebelum kelahiran Bank Indonesia, kebijakan moneter secara terbatas telah dilaksanakan oleh bank sirkulasi pada saat itu, yaitu De Javasche Bank.
-
Agar pengelolaan bank sentral dapat dilakukan menurut kebijakan pemerintah di bidang moneter dan perekonomian, maka pada tahun 1951 De Javasche Bank dinasionalisasikan. Setelah itu didirikan Bank Indonesia milik negara, dengan badan hukum berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 11 tahun 1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia.

-
Dalam Undang-Undang (UU) No. 11 tahun 1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia, dijelaskan bahwa Bank Indonesia (BI) didirikan untuk menggantikan De Javasche Bank N.V. sekaligus bertindak sebagai bank sentral Indonesia. Sebagai badan hukum milik negara, BI berhak melakukan tugas-tugas berdasarkan Undang-Undang Bank Sentral. Berkedudukan di Jakarta, BI mengemban tugas, antara lain: menjaga stabilitas rupiah, menyelenggarakan peredaran uang di Indonesia, memajukan perkembangan urusan kredit, dan melakukan pengawasan pada urusan kredit tersebut.

-
Pada saat undang-undang tersebut dirumuskan, Presiden De Javasche Bank, Mr. Sjafruddin Prawiranegara, dalam laporan tahunan De Javasche Bank tahun 1951/1952, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa hak bank sirkulasi untuk mencetak dan mengedarkan uang, dapat dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai sumber keuangan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dibentuk Dewan Koordinasi sebagai jembatan antara kepentingan pemerintah sebagai pemilik dengan pihak bank sentral yang memerlukan independensi dalam hal penetapan dan/atau pelaksanaan kebijakan moneter.

-
Dengan modal bank sebesar Rp 25 juta, BI memiliki usahausaha bank antara lain: memindahkan uang (melalui surat atau pemberitahuan dengan telegram, wesel tunjuk, dan lain-lain), menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran, mendiskonto surat wesel, surat order, dan surat-surat utang, serta beberapa usaha lainnya.

-
Berkaitan dengan hubungan BI dan pemerintah, telah ditetapkan dalam UU tersebut, bahwa BI wajib menyelenggarakan kas umum negara dan bertindak sebagai pemegang kas pemerintah Republik Indonesia (RI). BI juga memberi uang muka dalam rekening koran kepada pemerintah RI.

-
Pada awal berdirinya, struktur organisasi BI meliputi 12 bagian di kantor pusat Jakarta, 15 kantor cabang di dalam negeri, dan 2 (dua) kantor perwakilan di luar negeri. Bagian-bagian yang terdapat di kantor pusat adalah: bagian pembukuan, bagian kas dan uang kertas bank, bagian urusan efek, bagian pemberian kredit Jakarta, bagian sekretaris dan urusan pegawai, bagian urusan wesel, bagian pemberian kredit pusat, dana devisa, bagian statistik ekonomi, urusan umum, bagian luar negeri, dan bagian administrasi pusat.

-
15 kantor cabang yang terdapat di dalam negeri adalah Manado, Pontianak, Kediri, Yogyakarta, Palembang, Medan, Makassar, Banjarmasin, Malang, Solo, Semarang, Surabaya, Bandung, Padang, dan Cirebon. Sedangkan 2 kantor di luar negeri adalah bank cabang Amsterdam dan New York.

-
Direksi bank pada periode ini terdiri atas seorang gubernur (pimpinan), seorang gubernur pengganti I, seorang gubernur pengganti II, dan beberapa orang direktur. Gubernur yang menjabat pada periode 1953-1959 adalah Sjafruddin Prawiranegara dan Loekman Hakim.

-

SPGubernur pertama BI, Sjafruddin Prawiranegara
-
Susunan personalia di kantor pusat antara lain Ong Sian Tjong yang menjabat sebagai Kepala Bagian Pembukuan, R.H. Djajakoesoema sebagai Kepala Bagian Pembantu Sekretarie, dan Go Wie Kie sebagai Kepala Bagian Pembantu Wesel. Di kantor cabang antara lain adalah Tan Liang Oen, Agoes Gelar Datoek Radjo Nan Gadang, M. Rifai, D.D Ranti, dan beberapa orang lainnya.

-
Selama periode 1953-1959, dilakukan peresmian dan penutupan beberapa kantor cabang dan kantor perwakilan. Pembukaan kantor cabang dilakukan di Ambon (17 Maret 1956), Ampenan (15 Agustus 1957), dan Jember (8 Februari 1958). (Sumber: Bank Indonesia)

-

1952

-

3a-1952-rp-5

3b-1952-rp-5Rp. 5 – 1952

-

-

4a-1952-rp-104b-1952-rp-10Rp.10 – 1952

-

-

5a-1952-rp-255b-1952-rp-25Rp.25 – 1952

-

-

6a-1952-rp-506b-1952-rp-50Rp.50 – 1952

-

-

7a-1952-rp-1007b-1952-rp-100

Rp.100 – 1952

-

-

8a-1952-5008b-1952-500Rp. 500 – 1952

-

-

9a-1952-rp-10009b-1952-rp-1000

Rp.1000 – 1952

-

-

1953

-

10-1953-rp-1Rp.1 – 1953

-

-

1956

-

11-1956-rp-1 Rp.1 – 1956

-

-

12a-1956-rp-2-setengah12b-1956-rp-2-setengahRp.2,5 – 1956

-

-

1957

-

13-1957-rp-5 Rp.5 – 1957

-

-

14-1957-rp-50 Rp.50 – 1957

-

-

15-1957-rp-100 Rp.100 – 1957

-

-

16a-1957-rp-250016b-1957-rp-2500 Rp.2.500 – 1957

-

-

1958

-

18-1958-rp-51

Rp.5 – 1958

-

-

19-1958-rp-251 Rp.25 – 1958

-

-

28-1959-rp-100 Rp.100 – 1958

-

-

21-1958-rp-1000 Rp.1000 – 1958


-
22a-1958-rp-500022b-1958-rp-5000 Rp.5000 – 1958

-

1959

-

23-1959-rp-5 Rp.5 – 1959
-

-

25-1959-rp-10 Rp.10 – 1959

-

-

26-1959-rp-25 Rp.25 – 1959

-

-

27-1959-rp-50 Rp.50 – 1959

-

-

28-1959-rp-1001 Rp.100 – 1959

-

-

29-1959-rp-1000 Rp.1.000 – 1959

-

-

1960

-

30a-1960-rp-530b-1960-rp-5 Rp.5 – 1960

-

-

31a-1960-rp-1031b-1960-rp-10 Rp.10 – 1960

-

-

Rp.25 – 1960

-

-

32-1960-rp-50 Rp.50 – 1960

-

-

33-1960-rp-100 Rp.100 – 1960

-

-

1961

-

34-1961-rp-1 Rp.1 – 1961

-

-

35-1961-rp-2-setengah Rp.2,5 – 1961

-

-

1963

-

36-1963-rp-10 Rp.10 – 1963

-

-

1964

-

37-1964-1-sen 1 sen – 1964

-

38-1964-5-sen 5 sen – 1964

-

39-1964-10-sen 10 sen – 1964

-

40-1964-25-sen 25 sen – 1964

-

41-1964-50-sen 50 sen – 1964

-

42-1964-rp-1 Rp.1 – 1964

-

45a-1964-rp-2545b-1964-rp-25

Rp.25 – 1964

-

43a-1964-rp-5043b-1964-rp-50 Rp.50 – 1964

-

44a-1964-rp-100-


44-1964-rp-100Rp.100 – 1964

-

46a-1964-rp-10000-

46-1964-rp-10000 Rp.10.000 – 1964

-

-

1968

-

47a-1968-rp-2-setengah47b-1968-rp-2-setengah

Rp.2,5 – 1968

-

48a-1968-rp-10
48b-1968-rp-10

Rp.10 – 1968

-

50-1968-rp-50 Rp.50 – 1968

-

51-1968-rp-100 Rp.100 – 1968

-

52-1968-rp-1000 Rp.1.000 – 1968

-

-

1975

-

53-1975-rp-1000 Rp.1.000 – 1975

-

54-1975-rp-5000 Rp.5.000 – 1975

-

55-1975-rp-10000 Rp.10.000 – 1975

-

-

1977

-

56-1977-rp-100 Rp.100 – 1977

-

57-1977-rp-500 Rp.500 – 1977

-

-

1980

-

58-1980-rp-1000 Rp.1.000 – 1980

-

-

Rp. 5.000 – 1980

-

-

1982

-

59-1982-rp-500 Rp.500 – 1982

-

-

1984

-

60-1984-rp-100 Rp.100 – 1984

-

-

1985

-

61-1985-rp-10000 Rp.10.000 – 1985

-

-

1986

-

62-1986-rp-5000 Rp.5.000 – 1986

-
1987

-Rp. 1.000 – 1987

-

1988

-

63a-1988-rp-50063b-1988-rp-500 Rp.500 – 1988

-

-

1992

-

64-1992-rp-100 Rp.100 – 1992

-

65-1992-rp-500 Rp.500 – 1922

-

66-1992-rp-1000 Rp.1.000 – 1992

-

67-1992-rp-5000 Rp.5.000 – 1992

-

68-1992-rp-10000 Rp.10.000 – 1992

-

-

1993

-

69-1993-rp-50000 Rp.50.000 – 1993

-

-

1995

-

70-1995-rp-20000 Rp.20.000 – 1995

-

-

1998

-

71-1998-rp-10000Rp.10.000 – 1998

-

72-1998-rp-20000 Rp.20.000 – 1998

-

-

1999

-

73-1999-rp-50000 Rp.50.000 – 1999

74-1999-rp-100000 Rp.100.000 – 1999

-

-

2000

-

75-2000-rp-1000 Rp.1.000 – 2000

-

-

2001

-

76-2001-rp-5000 Rp. 5.000 – 2001

-

-

2004

-

77-2004-rp-20000 Rp. 20.000 – 2004

-

78-2004-rp-100000 Rp.100.000 – 2004

-

-

2005

-

79-2005-rp-10000 Rp.10.000 – 2005

-

80-2005-rp-50000 Rp.50.000 – 2005

-

-
2009

-

DEPANBELKGRp.2.000 – 2009

-
2010

--Rp. 10.000 – 2010

-
2011
Rp. 20.0000 seri/emisi tahun 2004 desain baru.

-
Rp. 50.0000 seri/emisi tahun 2005 desain baru.

-
Rp. 100.0000 seri/emisi tahun 2004 desain baru.

-
TERBITAN KHUSUS

-

khusus

-

-

-

UANG KERTAS JAMAN PENDUDUKAN BELANDA (Netherland Indie)

-

belanda-1920Tahun 1920

-

-

belanda-1925Tahun 1925

-

-

belanda-1926abelanda-1926bTahun 1926

-

-

belanda-1928Tahun 1928

-

-

belanda-1930abelanda-1930bTahun 1930

-

-

belanda-1936abelanda-1936bTahun 1936

-

-

belanda-1938Tahun 1938

-

-

belanda-1939Tahun 1939

-

-

belanda-1943-abelanda-1943-bTahun 1943

-

-

belanda-1943cTahun 1943

-

-

belanda-1946Tahun 1946

-

-

belanda-1946bTahun 1946

-

-

belanda-1946c Tahun 1946

-

-
belanda-1947a

belanda-1947b1Tahun 1947

-

-

-

UANG KERTAS JAMAN PENDUDUKAN JEPANG (Dai Nippon) , 1942 -1945

-

jepang-1a-1senjepang-1b-1sen-

jepang-2-5sen-

-
jepang-3a-10sen

jepang-3b-10sen-

-jepang-5a-05-guldenjepang-5b-05-gulden-

-
jepang-4-1-gulden

-

-

jepang-6-5-gulden-

-

jepang-7-10-gulden-

-

jepang-8a-1-rpjepang-8b-1-rp-

-

jepang-9-5-rp-

-
jepang-10-10-rp

-

-

jepang-11-100-rp-

-

jepang-12-100-rp-

-

jepang-13-1000-rp-

-

-

UANG ORIDA (Oeang Republik Indonesia Daerah Atjeh), 1947-1948

-

1-aceh-

-

2-aceh-

-

3-aceh1-

-

4-aceh-

-

5-aceh-

-

6-aceh-

-

7a-aceh7b-aceh-

-

Uang Republik Indonesia Propinsi Sumatra (URIPS) 1948

-

1asumatera1b-sumatera-

-

2a-sumatera2b-sumatera-

-

3a-sumatera3b-sumatera-

-

4a-sumatera

4b-sumatera-

-

5-sumatera-

-

6-sumatera-

-

7-sumatera-

-

8-sumatera-

-

9-sumatera-

-

jambi-2ajambi-2b-

-

Uang kertas PRRI (Pemerintah Republik Revolusioner Indonesia)

-1-prri-

2-prri-

3a-prri-

3b-prri

-

prri-4-

prri-5-

prri-6

Sangkuriang

Long time ago in West Java, lived a beautiful girl named Dayang Sumbi. She was also smart and clever. Her beauty and intelligence made a prince from the heavenly kingdom of Kahyangan desire her as his wife. The prince asked permission from his father to marry Dayang Sumbi. People from Kahyangan could never live side by side with humans, but his father approved on one condition, when they had a child, the prince would transform into a dog. The prince accepted the condition.
They get married and lived happily in the woods until Dayang Sumbi gave birth to a baby boy. The prince then changed into a dog named Tumang. Their son is named Sangkuriang. He was very smart and handsome like his father. Everyday, he hunted animals and looked for fruits to eat. One day, when he was hunting, Sangkuriang accidentally killed Tumang. His arrow missed the deer he was targeting and hit Tumang instead. He went home and tells her mother about the dog. “What?” Dayang Sumbi was appalled. Driven by sadness and anger, she grabbed a weaving tool and hit Sangkuriang’s head with it. Dayang Sumbi was so sad; she didn’t pay any attention to Sangkuriang and started to cry.
Sangkuriang feel sad and also confused. How can his mother love a dog more than him? Sangkuriang then decided to go away from their home and went on a journey. In the morning, Dayang Sumbi finally stopped crying. She started to feel better, so she went to find Sangkuriang. But her son was no where to be found. She looked everywhere but still couldn’t find him. Finally, she went home with nothing. She was exhausted. She fell asleep, and in her dream, she meets her husband. “Dayang Sumbi, don’t be sad. Go look for my body in the woods and get the heart. Soak it with water, and use the water to bathe, and you will look young forever,” said the prince in her dream. After bathing with the water used to soak the dog’s heart, Dayang Sumbi looked more beautiful and even younger.
And time passed by. Sangkuriang on his journey stopped at a village and met and fell in love with a beautiful girl.He didn't realize that the village was his homeland and the beautiful girl was his own mother, Dayang Sumbi. Their love grew naturally and he asked the girl to marry him. One day, Sangkuriang was going on a hunt. He asked Dayang Sumbi to fix the turban on his head. Dayang Sumbi was startled when she saw a scar on his head at the same place where she, years ago, hit Sangkuriang on the head.
After the young man left, Dayang Sumbi prayed for guidance. After praying, she became convinced that the young man was indeed her missing son. She realized that she had to do something to prevent Sangkuriang from marrying her. But she did not wish to disappoint him by cancelling the wedding. So, although she agreed to marry Sangkuriang, she would do so only on the condition that he provides her with a lake and built a beautiful boat, all in one night.
Sangkuriang accepted this condition without a doubt. He had spent his youth studying magical arts. After the sun went down, Sangkuriang went to the hill. Then he called a group of genie to build a dam around Citarum River. Then, he commands the genies to cut down trees and build a boat. A few moments before dawn, Sangkuriang and his genie servants almost finished the boat.
Dayang Sumbi, who had been spying on him, realised that Sangkuriang would fulfill the condition she had set. Dayang Sumbi immediately woke all the women in the village and asked them to wave a long red scarf. All the women in the village were waving red scarf, making it look as if dawn was breaking. Deceived by false dawn, the cock crowed and farmers rose for the new day.
Sangkuriang’s genie servants immediately dropped their work and ran for cover from the sun, which they feared. Sangkuriang grew furious. With all his anger, he kicked the unfinished boat. The boat flew and landed on a valley. The boat then became a mountain, called Mount Tangkuban Perahu (Tangkuban means upturned or upside down, and Perahu means boat). With his power, he destroyed the dam. The water drained from the lake becoming a wide plain and nowadays became a city called Bandung (from the word Bendung, which means Dam).

Monday, March 12, 2012

Activity Every Day

We eat lunch in this restaurant tonight, Chef.Jack is cooking dinner tonight. Rina, Lyna, and Wiena were watching television a few minutes ago. Yogi is washing dishes right now. Pat should have bought gasoline yesterday.



We/ eat / lunch /in this restaurant/ tonight
subject/ verb phrase / complement/ modifier of place/ modifier of time
Chef.Jack/ is cooking / dinner / tonight
subject / verb phrase/ complement / modifier of time
Rina, Lyna, and Wiena/ were watching / television/ a few minutes ago
subject/ verb phrase/ complement/ modifier of time
Yogi/ is washing / dishes /right now
subject/ verb phrase/ complement/ modifier of time
Pat/ should have bought/ gasoline /yesterday
subject/ verb phrase/ complement/ modifier of time